Menyusul terpilihnya Sari Soegondo sebagai Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) untuk periode 2024-2027 pada awal Januari 2024 lalu, APPRI telah membentuk kepengurusan baru yang melibatkan 17 (tujuh belas) perwakilan perusahaan Public Relations lokal.

Kepengurusan periode ini telah menyusun prioritas program kerja yang berorientasi pada penguatan kompetensi konsultan Public Relations serta penguatan hubungan industri, agar klien atau mitra kerja dapat memahami standar praktik terbaik dan merasakan manfaat layanan profesional para konsultan Public Relations tanah air, secara optimal.

Pendekatan yang dilakukan mencakup aspek hukum dan etika, aspek penelitian dan pengembangan, serta aspek pendidikan dan pelatihan. Sementara penguatan hubungan industri dilakukan dengan lebih aktif mengembangkan jejaring dengan para pemain industri, organisasi serumpun, pihak regulator dan pemegang otorita, para pemimpin sektor, institusi-institusi pendidikan tinggi, serta para calon pekerja muda.

“Sejak awal pendiriannya, APPRI selalu melandaskan diri pada semangat kolaborasi. Hal itu tercermin dalam penyusunan tim pengurus yang merupakan gabungan dari konsultan senior dan muda, perusahaan PR yang sudah berkembang dan rintisan, dari latar belakang serta spesialisasi praktik PR yang berbeda-beda, juga dari wilayah kerja yang beragam. Saya harap komposisi ini menjadi kekuatan yang saling melengkapi dan memperkuat soliditas di antara pengurus,” jelas Sari Soegondo.

Sari menambahkan bahwa APPRI akan meneruskan program-program periode lalu yang terbukti berhasil dan mendatangkan banyak manfaat seperti sesi berbagi pengetahuan ‘APPRI Connect’, program praktik kerja magang bagi mahasiswa ‘APPRIentice’ dan pembinaan melalui ‘APPRI Young Squad’, program pelatihan perusahaan melalui ‘APPRI Academy’, serta program sertifikasi profesi melalui kerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) PR Indonesia dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Para pengurus telah menyiapkan rencana untuk melakukan studi pasar yang lebih menyeluruh, mengembangkan panduan kerjasama antara perusahaan atau pemilik pesan dengan para pemimpin opini dan pemimpin sektor yang mewakili kepentingan klien, mereformasi panduan pengukuran kesuksesan kerja PR dengan mengacu pada kerangka kerja yang dianjurkan oleh Association for Measurement and Evaluation of Communication (AMEC), menggagas sebuah program kompetisi dan penghargaan, hingga bersama-sama asosiasi profesi yang lain mendorong terbentuknya Forum Kehumasan Indonesia sebagai payung yang melingkupi seluruh organisasi dan praktisi PR dalam kapasitas apa pun mereka berkarya.

Sari menegaskan bahwa praktik PR dituntut untuk lebih inovatif, lebih terintegrasi dengan area kerja lainnya, dan lebih berkelanjutan. Selain itu, kegiatan komunikasi dan kehumasan kini diharapkan dapat berkontribusi pula pada pertumbuhan bisnis. Oleh karenanya ukuran keberhasilan kerja PR harus lebih konkret.

APPRI dirancang sebagai wadah untuk bertukar pengetahuan dan keterampilan, mengembangkan diri, menstandarisasi praktik baik, dan berkolaborasi antar sesama praktisi/perusahaan PR di Indonesia. Hal ini merupakan wujud kesadaran bahwa para konsultan PR perlu terus menjadikan dirinya relevan dengan kebutuhan mitra kerja, menguasai teknologi yang terus bertransformasi, serta menunjukkan profesionalisme bertaraf internasional – di tengah tantangan perekonomian global.

Saat ini APPRI menaungi 53 perusahaan PR yang terdaftar dan terverifikasi secara resmi. “Masih banyak perusahaan PR dalam negeri yang belum tercatat dan belum terpapar manfaat kolaborasi antar sesama pemain industri, bersama APPRI. Oleh karenanya, kami mengundang rekan-rekan seprofesi, termasuk yang di luar Jakarta dan di luar Pulau Jawa untuk segera mendaftarkan diri dan mari bergandengan tangan dalam mencapai tujuan bersama,” gugah Sari.