Sari Soegondo, co-founder dan CEO ID COMM, merangkum sedikitnya ada lima hal yang akan memengaruhi tren public relations 2021. Kelima hal itu meliputi perubahan iklim, pandemi COVID-19, pergeseran politik global, resesi ekonomi, dan post-truth. Kelima hal ini memaksa para profesional komunikasi untuk menjadi pakar penanganan isu dan krisis.

 

Kondisi itu juga mendorong terciptanya keseimbangan hubungan baru antara PR internal dengan konsultan kehumasan. “Sepanjang tahun 2020, tidak sedikit perusahaan yang memilih untuk memutus kerja sama dengan konsultan kehumasan karena perihal efisiensi. Kondisi ini mendesak PR internal untuk meningkatkan kapasitasnya,” ujar Sari saat mengisi acara PR INDONESIA Outlook (PRIO) 2021, Rabu (25/11/2020).

 

Karena dorongan tersebut, praktisi kehumasan termotivasi untuk belajar secara mandiri dengan mengikuti web seminar, kursus virtual, menghimpun berbagai tips untuk memperkaya, meningkatkan kompetensi, juga menambah ilmu baru.

 

Ke depan, kata Sari, praktisi kehumasan harus mahir dalam hal anggaran. Sebab, tuntutan kepada PR untuk bisa mengonversi capital expenditure (capex) menjadi operating expenditure (opex) makin tinggi. Antara lain, mengalihkan biaya modal perangkat keras dan sewa lokasi menjadi piranti lunak, aplikasi digital, dan biaya langganan solusi.

 

Pandemi juga mendorong lahirnya perusahaan dan konsultan kehumasan dengan wajah baru. Wajah baru yang mengedepankan bisnis sesuai etika bisnis, penuh empati, mengandung unsur filantrofi, dan menempatkan hubungan berkelanjutan dengan komunitas di atas segalanya. Sementara bagi konsultan kehumasan, ke depan, mereka akan bekerja jauh lebih fleksibel. “Praktisi PR dapat bekerja plug and play,” ujarnya. “Pandemi juga membuat agensi PR kebanjiran pekerjaan,” imbuh Sari, optimis.

 

Pengaruhnya Bagi Perusahaan

 

Lantas, apakah kelima hal tadi turut memengaruhi cara perusahaan bekerja? “Ya,” jawab Sari. Lima hal tadi menuntut perusahaan untuk segera melakukan transformasi. Terutama, bertransformasi untuk melakukan praktik bisnis yang mengedepankan environmental, social, dan corporate governance (ESG). Atau, akrab dikenal dengan istilah keberlanjutan (sustainability).

 

Lima hal tersebut juga akan memberikan tekanan yang makin kuat kepada perusahaan agar serius mengedepankan ESG. Sebab, ESG inilah yang akan mendukung perusahaan memiliki reputasi yang baik.

 

Selain itu, kata Sari, tahun 2021 dan seterusnya, korporasi/organisasi harus memiliki kematangan komunikasi yang selaras antara pemimpin, komunikator, dengan seluruh staf. “Pandemi telah memberikan kesadaran kepada kita semua untuk membangun hubungan dengan staf dan mitra kerja,” ujarnya. Untuk itu, dibutuhkan narasi dan sikap internal yang positif secara terus-menerus.

 

Tim komunikasi juga diprediksi lebih erat bekerja sama dengan tim SDM. ilmu terapan kehumasan pun diprediksi akan semakin terintegrasi dengan marketing. Hal ini menunjukkan CEO menuntut PR tak hanya sekadar menjaga reputasi dan jejaring. Namun, CEO berharap PR melalui fungsi dan perannya ikut memberi sumbangsih terhadap agenda perusahaan. Selain itu, kesadaran perusahaan terhadap pentingnya membentuk serta membina komunitas, khususnya secara daring, juga semakin tinggi. Oleh karena itu, pengalaman virtual menjadi utama dan penting.

 

Tahun depan, kata perempuan yang juga merupakan Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI) itu melanjutkan, PR akan memanfaatkan search engine optimization (SEO) untuk manajemen isu sebagai upaya membangun strategi komunikasi krisis yang proaktif. SEO tak lagi digunakan hanya untuk keperluan pemasaran, namun juga menempatkan konten-konten PR di urutan teratas.

 

Sumber: PR INDONESIA | Ed 69 | Th VI | Desember 2020