Centre for Indonesia’s Strategic Development Initiative (CISDI) dimulai sebagai Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yang kemudian beralih menjadi organisasi yang mengkhususkan diri dalam menghasilkan inovasi di sektor pembangunan kesehatan, keterlibatan pemuda, dan sosialisasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Namun, portofolio terbatas CISDI pada awalnya menjadi hambatan alami karena sering kali menjadi faktor pembatas. CISDI terdiri dari talenta muda yang cerdas dan dinamis yang sangat diuntungkan dari wawasan mengenai cara menavigasi organisasi dengan benar. Ini berarti ada kesenjangan pengetahuan dan pengalaman yang nyata antara Dewan Penasihat CISDI dengan stafnya; dan ini menjadi salah satu hambatan yang tidak memungkinkan CISDI bergerak secepat yang seharusnya.

Saat mendekati ID COMM, CISDI mengharapkan bantuan kami yang terutama dimulai dengan menjembatani kesenjangan antara aktor internal dalam CISDI untuk memastikan kelancaran komunikasi dan koordinasi secara internal, kami juga diharapkan mewakili CISDI dalam beberapa pertemuan strategis, dan ID COMM menjadi mitra strategis untuk membantu CISDI membangun reputasi dan posisi di bawah portofolio yang sedang berjalan di tingkat strategis. Ini berarti kami perlu berinvestasi besar untuk dapat mempromosikan program CISDI secara strategis.

Selama keterlibatan kami, peran terbesar ID COMM adalah menjadi mitra strategis utama untuk CISDI, di mana kami menjadi sumber rencana komunikasi yang komprehensif yang melayani para pemangku kepentingan yang ingin dijangkau CISDI, kami juga membantu merancang dan mengimplementasikan rencana komunikasi organisasi, dan kami memimpin promosi program unggulan CISDI; Pencerah Nusantara, Penggerak Nusantara, dan kampanye pengendalian tembakau. Selain itu, kami juga membantu CISDI mempertahankan hubungan baik dengan mitra saat ini dan merancang strategi untuk mendapatkan mitra baru. ID COMM juga bertindak sebagai mentor untuk pengembangan tim yang membantu staf mengembangkan keterampilan dalam komunikasi dan pengembangan dokumen utama.

Ketika kami mulai bekerja dengan CISDI, rasanya semua bahan mentah sudah ada, tetapi ada kesenjangan antara tim CISDI yang menghalangi mereka untuk mengharmoniskan bahan-bahan tersebut menjadi suatu hasil nyata. Keterlibatan ID COMM menghasilkan situasi kerja yang lebih kuat dan terstruktur di antara staf dan dewan, khususnya dalam masalah yang terkait dengan komunikasi. Forum diskusi reguler sekarang berlangsung yang membantu visibilitas CISDI di antara pemangku kepentingan yang relevan. Media sekarang lebih menyadari kehadiran CISDI, dan hal ini secara keseluruhan berkontribusi pada pembangunan reputasi positif CISDI di antara mitra yang ada.